VIVAnews - Semakin jauh dari rumah justru semakin besar hasrat mendekatkan hati pada tanah air. Ini adalah nuansa yang tersirat, ketika mahasiswa-mahasiswa Indonesia di seantero Swedia akhir pekan lalu berbondong-bondong mengenakan batik.
Aksi yang dikoordinir oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia Swedia (PPI Swedia) dalam rangka merayakan diakuinya batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO (2/10). Gencarnya tekanan klaim kebudayaan dari negara tetangga direspon dengan semangat oleh para mahasiswa rantau ini. Dengan penuh harapan bisa melestarikan dan mempromosikan warisan luhur budaya.
Aditya Muharam, mahasiswa asal Indonesia di Kota Goteborg, mengungkapkan bahwa aksi bersama ini diikuti oleh mahasiswa di berbagai kota di seantero Swedia seperti Stockholm,Uppsala, Goteborg, Linkopping, Norrkoping, Halmstad, Lund hingga Luleå yang berada di ujung paling utara Swedia.
Dedi Sushandoyo, ketua PPI Swedia, mendorong para rekan-rekannya untuk mengenakan batik dan berfoto didepan kampusnya masing-masing.
Aksi foto bersama ini kemudian dilanjutkan dengan promosi batik kepada sesama mahasiswa internasional di kampus masing-masing. Pada hari kuliah, kelompok, presentasi dan ujian semakin cerah dengan warna-warni batik yang dikenakan mahasiswa Indonesia.
“Saya bangga bisa menarik perhatian teman-teman saya mengenai batik Indonesia” ungkap Tiara Prames Wulan, dengan penuh semangat walaupun suhu menunjukan 2 derajat Celsius di Stockholm. Tiara adalah mahasiswa pascasarjana Sustainability development di Stockholm University.
Ia memilih untuk meneruskan S2 di Swedia karena selain gratis, mutu yang tinggi, juga tidak ada hambatan berkomunikasi karena mayoritas penduduk Swedia lancar berbahasa Inggris.
“You will find lots of batik when you go to Indonesia, it is embedded in our daily life,” jelas Gde Pandhe, S2 Innovative and Chemical engineering, Chalmers University of Technology, kepada rekannya asal Swedia, Sam Gullman, yang akan kuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dalam program pertukaran pelajar. Saat itu, Sam terkagum-kagum dengan motif batik yang dikenakan oleh Gde dan baru mengetahui jika batik bisa disulap menjadi selembar kemeja.
Sepengetahuan Sam, batik hanyalah selembar kain. Maka mulailah Gde menjelaskan kepada rekannya itu bahwa selembar kain batik bisa dibuat bermacam-macam barang, mulai dari pakaian hingga gantungan kunci.
Dan bertambahlah kekaguman Sam kepada batik. “Saya harap kemeriahan warna-warni batik ini terus berlanjut terus” tambah Gde. “Ini akan menambah keceriaan dan penangkal rindu tanah air dalam menghadapi winter depression di bulan-bulan mendatang.”
Sumber: www.vivanews.com
Senin, 06 Oktober 2003
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar