Rabu, 06 Mei 2009

Menciptakan kelas yang ‘ramah intelektual’? Kenapa tidak?

0 komentar
Dalam mengelola sebuah kelas terkadang kita hanya berorientasi pada upaya membentuk sebuah kelas yang ramah secara emosional. Artinya sebuah kelas diupayakan agar menjadi tempat yang menyenangkan bagi semua secara emosional, baik untuk guru maupun siswanya bebas dari bullying, siswa kepada siswa, guru kepada siswa atau bahkan siswa kepada guru. Diharapkan dengan menjadi kelas yang ramah secara emosional semua warga di kelas bisa belajar dengan baik dan guru sebagai orang dewasa dikelas juga bisa mengajar dengan baik pula.

Tulisan ini akan membahas tahap lanjut dari sebuah kelas yang ramah secara emosional. Tahap yang saya maksudkan adalah sebuah kelas yang ramah secara intelektual. Sebuah kelas adalah gambaran sebuah masyarakat intelektual. Didalamnya terjadi pertukaran informasi, presentasi, diskusi dan semua hal yang membuat warga didalamnya tercerahkan dan mendapat pengetahuan baru yang berguna bagi hidupnya kelak.

Dengan demikian apa yang terjadi jika sebuah kelas tidak ramah intelektual? Maka yang terjadi adalah guru hanya menghantarkan pengetahuan yang bersifat satu arah. Tidak terjadi pertukaran informasi, diskusi dan tanya jawab yang berkualitas, aktivitas pembelajaran yang menantang bahkan inisiatif dari siswa sebagai subyek pembelajaran.

Dalam buku ‘Asking better question’ ada beberapa faktor yang membuat sebuah kelas menjadi kelas yang ramah secara intelektual.

  • Lay out kelas. Kelas yang baik tidak mempunyai susunan meja dan kursi yang berderet kebelakang. Tetapi usahakan agar siswa duduk berhadap-hadapan dalam grup. Biarkan mereka bekerja dalam center-center.
  • Buatlah interaksi dikelas yang melibatkan sebuah proses informasi. Sebaiknya hindari membuat siswa hanya mengulang dan menerima dengan pasif apa yang guru sampaikan. Usahakan membuat siswa menyelesaikan sebuah masalah secara bersama-sama, mencari pembuktian, menilai opini yang guru atau rekannya lontarkan.
  • Gunakan bahasa yang bernilai, artinya sebuah bahasa yang lebih dari sekedar pengertian yang akan ditelan mentah-mentah oleh siswa. Jadi biarkan siswa berhipotesa, mempertanyakan asumsi, membuat prediksi, dan menyimpulkan sesuatu.
  • Saat merencanakan pembelajaran dikelas, gunakan pertanyaan dan keingin tahuan siswa sebagai sebagai bumbu untuk membuat arah pembelajaran anda menjadi lebih menarik dimata siswa.

(sumber:gurukreatif.wordpress.com)

0 komentar:

Posting Komentar