CLEVELAND, KOMPAS.com — Badan Antariksa AS, NASA, melangkah maju dengan menciptakan reaktor nuklir seukuran keranjang sampah yang dapat digunakan sebagai sumber tenaga bagi pos di bulan atau di Mars.
Tiga uji coba berbeda, yang dilaksanakan di laboratorium NASA dan laboratorium nasional AS, berhasil menunjukkan penggunaan teknologi fisi nuklir ringkas yang bisa dipakai astronot bila mereka berada di planet lain.
"Keberhasilan pengembangan teknologi ini menunjukkan bahwa proyek tenaga fisi berada pada jalur yang tepat," kata Don Palac, Manajer Penelitian Fisi Nuklir, di Glenn Research Center, Cleveland, Ohio, pada Rabu (6/8).
Tenaga di Bulan
Rencana eksplorasi ruang angkasa NASA saat ini dititikberatkan pada pengiriman kembali astronot ke Bulan pada tahun 2020. Misi akan dilanjutkan dengan membangun pos di Bulan untuk meneliti permukaannya dan menguji coba teknologi yang kelak akan digunakan dalam misi ke Planet Mars.
Badan antariksa itu telah melakukan studi kelayakan untuk menggunakan sumber tenaga nuklir guna mendukung pos di Bulan. Para insinyur NASA dan Departemen Energi melakukan serangkaian uji coba untuk mewujudkan proyek tersebut.
Cara kerja tenaga fisi nuklir yaitu dengan cara memisahkan inti atom dalam reaksi terkendali dan berkesinambungan yang menghasilkan panas. Panas tersebut akan disalurkan melalui konverter tenaga dan diubah menjadi listrik yang bisa digunakan.
Sebuah reaktor nuklir kecil apabila digabungkan dengan mesin dapat menghasilkan 40 kilowatt energi, cukup untuk menyuplai pangkalan di Bulan atau Mars. "Energi itu dapat disamakan dengan kebutuhan listrik delapan rumah dibumi," kata salah seorang staf di NASA.
Sebagai perbandingan, empat panel surya raksasa yang dipasang di Stasiun Antariksa Internasional (ISS) mampu menghasilkan sekitar 120 kilowatt tenaga, yang bisa memberi tenaga pada 42 rumah berukuran sedang. Namun, panel itu sangat besar—hampir sepanjang lapangan bola—dan membuat ISS dapat dilihat dengan mudah dari Bumi menggunakan mata telanjang.
Pengujian
Dalam tiga uji coba terakhir, tim peneliti menguji prototipe panel radiator ringan dalam ruang hampa udara layaknya kondisi luar angkasa yang suhunya bisa mencapai -125 derajat celsius. Panel radiator ini nantinya digunakan untuk menjaga suhu reaktor fisi tetap dingin.
Uji coba kedua dilakukan dengan memompa cairan logam melalui mesin Stirling (mesin yang digerakkan energi panas) untuk menyimulasikan bagaimana suhu panas dari reaktor nuklir bisa diubah sebagai sumber energi. Tes dilakukan di Marshall Space Flight Center yang berlokasi di Huntsville, Alabama.
Uji coba ketiga adalah membombardir mesin Stirling dengan radiasi 20 kali lipat dosis yang diizinkan untuk sumber energi fisi nuklir di Bumi. Ini untuk melihat seberapa kuat mesin Stirling tersebut. Uji ketahanan dilakukan selama 26 jam di Sandia National Laboratory yang berlokasi di Albuquerque, NM.
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan NASA adalah menggabungkan radiator, mesin, dan alternator menjadi sebuah pembangkit tenaga.
Selasa, 11 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar