Sabtu, 22 November 2008

Jurnalisme dan Fotografi Jurnalisme

0 komentar

Tulisan saya kali ini adalah hasil dari penjabaran saya sendiri tentang materi yang telah saya peroleh dalam acara Workshop Jurnalistik Pelajar (WJP) 2008 yang diadakan oleh SMA Negeri 1 Nalumsari Jepara pada tanggal 22-23 Nopember 2008. Agaknya saya tertarik lebih dalam tentang dunia fotografi sedikit penjabaran yang disampaikan pemakalah, Budi Santoso, seorang fotografer Harian Sore Wawasan Radar Kudus. Namun walaupun sedikit, materi yang disampaikan kepada saya sudah cukup memberikan gambaran tentang apa dan bagaimana dunia fotografi jurnalistik tersebut. Beberapa hal yang perlu saya tulis di sini adalah sebagai berikut:

Fotografi jurnalistik muncul dan berkembang di dunia sudah lama sekali, tetapi lain halnya dengan di Indonesia, foto pertama yang di buat oleh seorang warga negara Indonesia terjadi pada detik-detik ketika bangsa ini berhasil melepaskan diri dari belenggu rantai penjajahan. Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang Domei, dan adiknya sendiri Frans Soemarto Mendur (1913-1971), mengabadikan peristiwa pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia dengan kamera Leica, dan pada saat itulah pada pukul 10 pagi tanggal 17 Agustus 1945 foto jurnalis Indonesia lahir.

Definisi Jurnalistik
Definisi fotografi dapat diketahui dengan menyimpulkan ciri-ciri yang melekat pada foto yang dihasilkan.

Ciri-Ciri Jurnalis
  1. Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri.
  2. Melengkapi berita dan sebagai ilustrasinya.
  3. Dimuat di suatu media.

Batasan sukses atau tidaknya sebuah foto jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras bukan pada keberuntungan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada foto yang merupakan hasil dari "being in the right place at the right time" . Tetapi seorang jurnalis profesional adalah seorang jurnalis yang melakukan riset terhadap subjek,mampu menetukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya (antisipasi). Itu semua sangat penting mengingat suatu moment yang baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali.

Etika, empati, nurani merupakan hal yang amat penting dan sebuah nilai lebih yang ada dalam diri jurnalis foto.

Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut.

Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg.

Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.

Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.

Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih.

Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Indepen yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.

Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.

Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers.

Sekarang tiba gilirannya membahas seluk-beluk fotografi dan perkembangannya.

Manusia sejak lama memang sudah lama tertarik pada dunia gambar-menggambar, hal itu terbukti dari penemuan objek gambar di gua-gua pada masa purba, seperti yang pernah ditemukan di Altamira, Spanyol dan Cromagnon, Perancis. Pada perkembangannya, manusia muncul keinginan untuk mem-visualisasi-kan apa yang mereka lihat ke dalam bentuk-bentuk benda yang menjadi cikal bakal pemakaian Pictogram (Tulisan yang berbentuk gambar) seperti yang ditemukan di Mesir purba (Hieroghlyp), Sumeria (paku), dan lain-lainnya.

Adapun perkembangan fotografi tidak terlepas penemuan penting Ibnu Haitam dengan kamera Obskura-nya. Dengan penemuan yang berbentuk ruangan gelap dan di lensa sebagai tempat keluarnya cahaya, maka dunia "jepret-menjepret" pun dimulai.

Zaman pun berlalu, penemuan baru pun ditemukan. Kali ini sebuah kaca dijadikan alat untuk menangkap cahaya yang sebelumnya telah dilapisi dengan zat kimia tertentu. Alat ini merupakan cikal bakal kamera modern. Setelah penemuan yang penting itu, pers pun akhirnya memakai penemuan tersebut untuk proses fotografinya. Kira-kira pada abad ke-19 ditetapkan sebagai abad perkembangan fotografi (History of Photography, Alma Daveport, 1991). Untuk pemakaian pertama, yaitu pada tahun 1653. Harian Holladsche Mercurius memuat gambar penobatan Cromwell menjadi raja Inggris Raya.


Sebagai gambaran, bahwa dengan adanya pemakaian kamera ini, media-media pada zaman dahulu lebih banyak diminati dan memacu meningkatnya jumlah oplah yang tercetak. Terbukti pada tahun 1914, Time mampu mencetak 200.000 oplah, dan bahkan pada tahun 1925, Illustrated Daily News mencetak lebih dari 1.000.000 oplah!

Betapa besar pengaruhnya di media, sehingga tidak heran jika belakangan ini timbul ide untuk mengapresiasikan karya tersebut dengan penghargaan tingkat internasional, yang terkenal dengan Pulitzer Award. Pada era sekarang pun, fotografi jurnalistik sudah dikategorikan dalam sebuah seni.

0 komentar:

Posting Komentar