Sabtu, 22 November 2008

Workshop Jurnalistik Pelajar 2008

0 komentar

Nalumsari-Sedikitnya ada 61 (enam puluh satu) peserta perwakilan sekolah se-Jepara dan sekitarnya yang mengikuti acara Workshop Jurnalistik Pelajar 2008 (WJP 2008) yang diadakan di SMA Negeri 1 Nalumsari Jepara dari tanggal 22-23 Nopember 2008. Kegiatan yang pada awalnya dijadwalkan pukul 08.00 WIB sudah dimulai, ternyata harus molor sampai pukul 09.00 WIB dengan alasan menunggu Bupati Jepara yang sedang dalam perjalanan. Menunggu jam kosong tersebut, peserta dihibur dengan suguhan lagu-lagu pop oleh panitia. Setelah Bupati dan rombongan datang, acara langsung dibuka dengan menyanyikan lagi kebangsaan Indonesia.Sambutan diawali sambutan dari panitia kegiatan, dilanjutkan kepala sekolah dan selanjutnya oleh Bupati Jepara, Drs. H. Hendro Martojo, MM. Bupati menekankan dalam acara WJP kali ini, diharapkan para peserta dapat mengambil manfaat dari kegiatan ini. Selain itu, beliau juga memberikan sedikit gambaran tentang manfaat jurnalisme secara umum, yaitu:
  1. Sebagai alat perekat antara penulis berita dengan pembaca
  2. sebagai ajang meningkatkan kreatifitas dalam hal tulis-menulis
  3. sebagai sarana untuk mengasah talenta dalam hal tulis-menulis
Dalam kesempatan tersebut, Bupati sempat melontarkan joke-joke segar yang sifatnya menghibur para peserta, juga para panitia dan segenap tamu undangan. Salah satu joke yang dibacakan oleh Pak Hendro, sapaan Bupati Jepara tersebut, adalah : Apa persamaan telur asin dengan KTP? Jawabannya sama-sama ada stempelnya. dan ada banyak lagi lelucon yang disampaikan oleh beliau.

Beliau juga menambahkan akan pentingnya dunia tulis-menulis. Bahkan beliau menegaskan bahwa The Founding Fathers rata-rata adalah "kutu buku" dan gemar menulis. Beliau mencontohkan, Adolf Hitler dengan bukunya "Mein Kampf"/"Perjuanganku" yang pernah diterbitkan pada tahun 1923 mampu menggetarkan dan mempengaruhi seluruh Jerman, bahkan seluruh dunia.

Soekarno pun tak beda jauh dengan Hitler--dalam hal tulis-menulis. Soekarno mampu membuat gerakan revolusi dengan menerbitkan tulisan-tulisan yang "nakal" yang terangkum dalam "Di Bawah Bendera Revolusi" pada 1959.

R.A. Kartini juga demikian, dengan membukukan surat-suratnya dalam buku "Door Duisternis Tot Licht"/"Habis Gelap Terbitlah Terang", dapat membuat gebrakan baru yang berupa emansipasi wanita.

Jadi, beliau sekali lagi menekankan, betapa pentingnya dunia jurnalisme.

Acara pembukaan diakhiri dengan disematkannya tanda peserta oleh Bupati kepada dua orang perwakilan dari peserta dan berakhir sekitar pukul 10.00 WIB.

Sesi I

Pada Sesi pertama ini, acara yang terselenggara atas kerjasama OSIS SMA Negeri 1 Nalumsari, Suara Merdeka, Mata Air, FLexi, Pemkab Jepara, Radio Erlisa, Anavisia, Jenang Mubarok, Mousewekz!, dan Animax ini diisi dengan pemberian materi oleh Arif Darmawan (Staf Inkom Setda Jepara) dan Aminan Basyori (Layouter Majalah Pena).

Pertama, Pak Arif memaparkan panjang-lebar tentang seluk-beluk manajemen redaksional yang di dalamnya disinggung tentang apa dan bagaimana tugas tiap-tiap redaksi. Sedangkan untuk Pak Aminan Basyori, lebih menekankan pada materi layout atau desain tata letak suatu media cetak.

Sesi II

Sesia kedua diisi oleh Budi Santoso (Suara Merdeka) dan Eko Purwanto (Paguyuban Wartawan Jepara). Mereka berdua secara bergantian menyampaikan materi tentang fotografi jurnalistik dan jurnalistik di era teknologi online. seperti pada acara sebelumnya, sesi ini diselingi juga dengan sesi tanya-jawab. Sebagian peserta cukup antusias pada sesi ini, terlihat dengan banyaknya pertanyaan yang dilayangkan kepada kedua narasumber tersebut.

Sesi III

Setelah dirasa cukup dengan materi teknik fotografi jurnalistik dan kegiatan jurnalistik di era online, tiba saatnya peserta menyimak acara "inti" yang mengangkat pokok bahasan "Teknik Reportase dan Penulisan Berita" yang disampaikan secara ringan namun komunikatif oleh Muhammadun (wartawan Suara Merdeka). Begitu ringannya penyampaian wartawan yang mengaku pada awalnya tidak punya cita-cita dalam dunia jurnalisme ini, sampai-sampai tidak terasa batas waktu yang diberikan oleh panitia "tertabrak".

Ramah Tamah

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh peserta untuk berbagi uneg-uneg kepada panitia selama pelaksanaan kegiatan dari pagi sampai malam hari. Ada beberapa peserta yang menyampaikan perasaannya dengan penuh penghayatan. Setelah acara ramah-tamah selesai, panitia membagi peserta ke dalam 8 kelompok kecil yang tujuannya adalah untuk mempraktekkan semua materi yang telah didapat dan dituangkan dalam sebuah majalah ringan. Acara ini berjalan sampai hampir pukul 00.00 WIB.

to be continued...

0 komentar:

Posting Komentar