Senin, 02 November 2009

Tahtimul Quran dan Yasinan, Tradisi Baru di MAMH Troso

0 komentar
Troso - Seusai kegiatan belajar-mengajar, khususnya setiap hari Rabu dan Kamis, ada tradisi baru yang cukup unik di MA Matholi'ul Huda Troso, yaitu Tahtimul Quran (membaca al-Quran 30 juz) dan Yasinan (membaca surat Yasin). Tradisi tersebut dimulai sejak Rabu (28/10/09) lalu.

Dalam prakteknya, setiap hari Rabu siswa diwajibkan membawa mushaf al-Quran. Setelah bel panjang tanda pelajaran selesai, seluruh siswa kecuali siswa yang sedang halangan mengambil wudhu kemudian dilanjutkan dengan membaca al-Quran yang dipimpin oleh salah satu siswa. Kegiatan spiritual tersebut dilaksanakan pada tiap-tiap kelas. Setiap siswa diharuskan membaca paling tidak 1 juz agar setiap kelas dapat meng-khatam-kannya. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bacaan tersebut kurang lebih selama 45 menit.

Hampir sama dengan Tahtimul Quran, Yasinan juga dilaksanakan seusai kegiatan belajar, namun bedanya, Yasinan dilaksanakan pada setiap hari Kamis setelah membaca Istighatsah. Karena hanya satu Surat, maka siswa "hanya" diwajibkan membawa minimal buku kecil yang berisi Surat Yasin. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membaca surat tersebut. Hanya dalam waktu 20 menit, siswa sudah dapat merampungkan bacaannya.

Amaliyah yang lain

Selain kedua tradisi baru tersebut, sebenarnya di MA Matholi'ul Huda Troso juga telah ada tradisi-tradisi yang lain, seperti membaca Asmaul Husna dan shalawat Nariyah pada saat apel pagi, serta Istighatsah pada setiap hari Kamis. Setiap pagi, kecuali hari Senin, sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai, siswa mengikuti apel pagi di halaman madrasah dan membaca Asmaul Husna dengan mengikuti bacaan dari load speaker. Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca shalawat Nariyah sebanyak 11 kali.

Sebagai salah satu pencetus tradisi tersebut di MA Matholi'ul Huda Troso, Kepala Madrasah, Drs. H. Nur Kholis Syam'un sangat mengharapkan keseriusan dan kesungguhan siswa dalam mengamalkannya. Sebab menurut beliau, amaliyah-amaliyah tersebut adalah sebagai salah satu usaha ruhani untuk mencapai kemajuan madrasah. "Kita akan menjadikan amalan-amalan tadi sebagai sunnah bagi madrasah kita," kata beliau. Lantas, sampai kapan tradisi tersebut akan tetap bertahan? "Insyaallah sampai kiamat," pungkas beliau sambil tertawa kecil.

Fadloli - EMHA Pos

0 komentar:

Posting Komentar