Tampilkan postingan dengan label Gempa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gempa. Tampilkan semua postingan

Jumat, 09 Oktober 2009

Puluhan Ribu Buku Perpustakaan Sumbar Tertimbun

0 komentar
Padang (ANTARA) - Puluhan ribu judul buku yang ada di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), tertimbun reruntuhan bangunan kantor berlantai empat itu, pascagempa Rabu (30/9).

"Kami baru bisa menyelamatkan sekitar 5 persen buku-buku koleksi yang ada di pustaka," kata Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumbar, Eka Nuzla, di Padang, Jumat.

Dia mengatakan, sejak Sabtu (3/10), karyawan perpustakaan mencoba mengumpulkan buku-buku di bekas reruntuhan kantor yang beralamat di Jalan Diponegoro No 4 Padang itu.

Buku-buku tersebut kemudian dibawa ke Kantor Arsip Sumbar di Jalan Pramuka 4 no 2 Padang.

"Saat ini perpustakan kami pindahkan ke kantor arsip," kata Eka.

Gempa dahsyat yang menimpa Sumbar itu, kata dia, juga mengakibatkan satu mobil pustaka keliling hancur.

Akibat peristiwa itu, kata dia, aktivitas pustaka Sumbar lumpuh.

Eka mengaku belum bisa menaksir berapa kerugian akibat gempa tersebut.

"Bangunan kantor saja sekitar Rp8 miliar, belum lagi pustaka dan semua isinya," kata dia.

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Sumbar memiliki koleksi 89.289 judul buku, dengan jumlah buku sebanyak 474.173 eksemplar.

Sebelum peristiwa gempa, jumlah kunjungan masyarakat ke pustaka selalu mengalami peningkatan. Pada 2005, jumlah pengunjung ke Perpustakaan Sumbar sebanyak 112.730 orang. Pada 2006 naik menjadi 123.384 orang, 2007 menjadi 153.231 orang dan 2008 meningkat menjadi 166.307 orang.

Dalam musibah gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) tersebut, menurut Eka, tidak ada pengunjung dan karyawan pustaka yang menjadi korban.

Gempa paling parah menimpa wilayah Kota Padang, Padangpariaman, dan Agam. Musibah itu diperkirakan menelan korban sekitar 1.000 orang yang tertimbun reruntuhan bangunan dan longsoran tanah.

Sumber: www.antara.co.id

Rabu, 07 Oktober 2009

FOTO: Menunggu Bantuan

0 komentar
KOMPAS.com — Wada, seorang pengungsi yang rumahnya hancur, meminta belas kasihan pengguna jalan di Kecamatan V Koto Timur, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Rabu (7/10). Kerusakan bangunan yang parah membuat banyak stok bahan makanan hilang, dan warga sangat mengandalkan bantuan dari pihak luar.

Selasa, 06 Oktober 2009

101 Warga Masih Tertimbun Longsor

0 komentar
Tanjungpinang (ANTARA) - Jumlah warga Kanagarian Tandikek, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, yang masih tertimbun longsor atau hilang mungkin 101 orang, kata Junaidi (29), warga setempat, Selasa malam.

"Data tersebut berdasarkan laporan dari dua Korong (semacam desa di dalam kanagarian) yang tertimbun longsor yaitu Korong Lareh Nan Panjang dan Korong Lubuak Laweh, ke Kantor Kanagarian Tandikek," kata Junaidi, saat dihubungi ANTARA dari Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.

Ia mengatakan jumlah warga yang tertimbun longsor berdasarkan data terbaru sekitar 236 orang dan 60 orang diantaranya berhasil selamat sesaat setelah longsor dengan kondisi luka berat.

"Sedangkan yang ditemukan oleh tim SAR dan masyarakat dalam kondisi meninggal sebanyak 75 orang," ujarnya.

Junaidi yang sedang berada di posko Kantor Kanagarian Tandikek mengatakan, data tersebut bisa berubah karena ada kemungkinan warga dari daerah lain atau pendatang sedang berada di sana pada saat gempa dan longsor terjadi pada 30 September 2009.

"Karena pada saat itu ada warga yang sedang melangsungkan pesta pernikahan," ujarnya.

Menurut dia, ada juga kemungkinan warga lain yang pulang dari bertani atau tukang ojek yang sedang melintas di jalan yang terkena longsor.

"Namun yang jelas, warga Tandikek di kedua Korong tersebut yang terdata berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK) adalah sebanyak 101 orang yang masih hilang atau tertimbun," tambahnya.

Pencarian korban tertimbun longsor menurut dia, berdasarkan informasi dari kabupaten akan dilangsungkan sampai besok (Rabu).

"Namun sebagian warga berharap pencarian tetap diperpanjang untuk menemukan korban," harapnya.

Evakuasi terhadap korban tertimbun longsor menurut dia juga dibantu dari relawan dari berbagai negara seperti, Qatar, Thailand, Jepang, Malaysia, Jerman dan Amerika Serikat.

"Mereka memiliki alat untuk mendeteksi korban yang tertimbun longsor," ujarnya.

Bantuan menurut dia, sampai saat ini sudah banyak yang datang dari berbagai relawan dan pemerintah.

"Kami bersyukur sudah mendapatkan bantuan makanan, obat-obatan dan pakaian yang sangat dibutuhkan masyarakat," ujarnya.

Sumber: www.antara.co.id

Evakuasi Penyelamatan Dihentikan

0 komentar
TEMPO Interaktif, Padang - Evakuasi penyelamatan korban gempa di Padang dihentikan karena kecil kemungkinan ada korban yang masih hidup hingga hari kelima gempa. Tim kini berfokus pada evakuasi jenazah dan pembersihan puing-puing bangunan.

"Kalau perhitungan kita, ini kan hari kelima, tidak akan hidup lagi kalau berada di bawah reruntuhan," kata Gubernur Sumatera Barat Gamawan Fauzi, di Posko Satkorlak Sumatera Barat, Senin (5/10).

Gamawan mengatakan keputusan ini dilakukan karena kecil kemungkinan ada korban yang hidup di bawah reruntuhan selama lima hari. Proses evakuasi akan terus dilakukan, tetapi ditujukan untuk mengangkat jenasah dan membersihkan puing bangunan.

Dengan berubahnya target evakuasi, maka proses akan berlangsung lebih cepat. "Diperkirakan dalam dua minggu reruntuhan bangunan di Kota Padang akan selesai dibersihkan," katanya.

Saat ini bau anyir masih tercium di sejumlah sudut Kota Padang, terutama lokasi yang terdapat reruntuhan bangunan bertingkat seperti di sekitar Hotel Ambacang dan Hotel Bumi Minang. Hujan deras yang mengguyur Kota Padang semalaman membuat mayat cepat membusuk sehingga aroma bau pun semakin kuat.

Khusus untuk evakuasi jenazah di Hotel Ambacang, tim mengerahkan lima eskavator untuk menggali reruntuhan. Komandan Collapse Structure Search and Rescue (CSSR) Basarnas Setiawan Gerda mengatakan karena sudah tidak ada korban yang diduga masih hidup, tim memutuskan untuk merobohkan sisa bangunan yang masih berdiri untuk memudahkan penggalian. "Sangat kecil kemungkinannya," kata dia.

NININ DAMAYANTI


Sumber: tempointeraktif.com

Tak Ada Diskriminasi Korban Gempa

0 komentar
PADANG, KOMPAS.com - Ketua Harian Sarkorlak Penang-gulangan Bencana Sumatera Barat (Sumbar), Marlis Rahman menegaskan, tidak ada diskriminasi evakuasi korban gempa bagi warga keturunan di Kota Padang, dan semua korban diperlakukan sama sebagai warga negara Indonesia.

"Tidak ada diskriminasi pencarian korban di kawasan warga keturunan," tegasnya di Padang, Selasa.


Hal itu ditegaskannya, menanggapi isu berkembang di dunia internasional yang menuding telah terjadi diskriminasi evakuasi korban gempa dari warga keturunan.

Menurut dia, pada hari pertama pascagempa pimpinan daerah telah mendatangi kawasan permukiman warga keturunan untuk mengetahui kondisi di lapangan dan menentukan bentuk bantuan yang harus segera dilakukan.

Ia mengakui, cukup banyak bangunan bertingkat yang roboh di kawasan warga keturunan yang lama dibersihkan sekaligus evakuasi terhadap adanya korban yang diperkirakan ikut tertimbun.

Personil TNI juga sudah banyak berada di kawasan keturunan itu, namun mereka tidak bisa melakukan pembersihan karena belum ada izin dari pemilik, tambahnya.

"Tim SAR tentu tidak bisa main bongkar saja, tanpa izin pemilik karena dikhawatirkan barang-barang yang selamat akan hilang," kata Marlis yang juga Wakil Gubernur Sumbar itu.

Sedangkan para pemilik bangunan banyak yang mengungsi Ke Jakarta hingga Singapura, tambahnya. Ia meminta, semua pihak tidak terpancing isu diskriminasi yang dihembuskan pihak-pihak tidak bertanggungjawab dan tanpa kebenaran di lapangan.

Sumber : www.kompas.com

Senin, 05 Oktober 2009

Bantuan untuk Korban Gempa Diberangkatkan dari Tanjung Priok

0 komentar
JAKARTA, KOMPAS.com - Bantuan untuk korban gempa Sumatera Barat dari berbagai pihak sudah mulai dikirim dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menuju Padang, Senin (5/10) petang, dengan menggunakan dua kapal.

Dua kapal, yakni KM Sinabung yang mengangkut relawan dan KM Marina Star 2 yang mengangkut 81 kontainer berisi berbagai macam bantuan masyarakat dilepas oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut Sunaryo. ”Pengangkutan semua bantuan ini gratis, termasuk bongkar muat di Pelabuhan,” kata Sunaryo. Diperkirakan, kapal akan tiba di Padang, Rabu (7/10) dini hari.

Berbagai macam bantuan itu antara lain berasal dari Masyarakat Maritim Pelabuhan Tanjung Priok, Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) yang menerima titipan dari pembaca Kompas, dan instansi BUMN, termasuk BNI dan BRI, Pelabuhan Indonesia I, III, dan IV, Wijaya Karya, dan PGN. Menurut keterangan pers Masyarakat Maritim, bantuan yang terhimpun dan dikirim dengan kapal ini mencapai Rp 6 miliar.

Bantuan DKK yang dikirim lewat KM Marina Star 2 berupa air mineral merek Aqua 1200 dos, mi instan 100 dos (12.000 bungkus), satu ton beras, dan dua ton kurma.

Sedangkan bantuan DKK tahap awal yang dikirim dengan menggunakan pesawat AirAsia sudah tiba di Padang dan diserahkan kepada korban gempa hari Minggu (4/10). Bantuan seberat 1,5 ton lebih yang dikirim dengan pesawat ini antara lain berupa 2.400 kaos, 800 selimut, 1.000 sarung, 504 kaleng sarden, dan 1.200 susu kotak.

Bantuan diserahkan oleh tim DKK dan dibantuan karyawan toko buku Gramedia, Padang.

Masih gratis

Ketua Umum INSA (Indonesian National Shipowner' Association) Johnson W. Sutjipto kepada Kompas menjelaskan, melalui anggotanya, INSA telah menyiapkan angkutan gratis dari Jakarta menuju Padang.

Perusahaan pelayaran yang menyiapkan angkutan gratis itu adalah PT Pelni, PT Meratus, PT Humpus, PT Temas, dan PT Djakarta Lloyd.

Sumber: www.kompas.com

Minggu, 04 Oktober 2009

Pers Malaysia Galang Bantuan Gempa Sumatera

0 komentar
KUALA LUMPUR, KOMPAS .com - Media massa di Malaysia, terutama media cetak seperti Berita Harian, Utusan Malaysia, The Star dan The New Straits Times melakukan penggalangan dana kemanusian terkait dengan gempa bumi di Sumatera Barat.

Harian The Star membuka rekening di CIMB untuk menerima sumbangan masyarakat di empat negara yakni Malaysia, Indonesia, Singapura dan Thailand sejak Jumat, 2 Oktober 2009. Rekening itu dinamakan "CIMB-The Star Padang Relief Fund"


CEO CIMB Nazir Razak langsung menyerahkan bantuan sebesar 100.000 ringgit (sekitar Rp 280 juta) dalam pembukaan rekening itu. Nazir Razak adalah salah seorang putra dari PM Malaysia Nazib Tun Razak dan ibunya Rosmah Mansor (istri Najib) adalah keturunan Padang, Sumatera Barat.

Nazir mengatakan akan menyiapkan 1.150 boks di seluruh cabang CIMB di Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Thailad. CIMB telah membeli Bank Niaga di Indonesia.

Media Prima, sebuah konglomerat media di Malaysia, yang memiliki koran Berita Harian, Harian Metro, New Straits Times, dan jaringan TV3, TV7, dan TV9 membuka rekening penggalangan dana "Tabung Bencana" bekerjasama dengan Maybank.

Harian "Utusan Malaysia" sebagai salah koran berbahasa Melayu terbesar di Malaysia juga membuka "Tabung Gempa Nusantara" bekerjasama dengan Maybank.

Berbagai masyarakat Malaysia membuka berbagai teromol untuk menyalurkan bantuan dana kemanusian korban gempa bumi di Sumatera Barat. NUJ (national union of journalists) Malaysia mengumpulkan dana 1.660 dari berbagai wartawan ASEAN yang sedang mengadakan konferensi "Confederation of Asean Journalist" di Kuala Lumpur.

Pemuda Barisan Nasional (BN) Johor Bahru juga membuka saluran bantuan kemanusian untuk korban gempa di Sumbar. Ketua Pemuda BN Johor Bahru Khaled Mohamed mengatakan akan menggalang sumbangan dana dari para anggota sebanyak 14 partai politik yang berkoalisi ke dalam Barisan Nasional.

Diperkirakan dana yang akan terkumpul antara 25.000 - 50.000 ringgit yang akan disalurkan kepada lembaga yang berwenang.

Sumber: www.kompas.com

Akibat Gempa, 26 Sarana Kesehatan Rusak

0 komentar
JAKARTA, KOMPAS.com - Gempa yang mengguncang Sumatera Barat dengan kekuatan 7,6 skala richter mengakibatkan total 26 sarana kesehatan rumah sakit dan puskesmas di Sumbar mengalami kerusakan baik ringan hingga berat.

Data itu diungkap oleh Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan, dr Lily S. Sulistyowati, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (4/10 ). Data itu berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes hingga hari Minggu.


Dr Lily menjelaskan, kerusakan sarana kesehatan terdiri dari di kota Padang yaitu RSUP Dr. Djamil Padang sebagian bangunan roboh serta dua RS swasta yaitu RS Selasih dan RS Bensi rusak berat. Di kota Pariaman, Puskesmas Kurai Taji dan Air Santo rusak berat.

Di Kabupaten Agam, papar dia, RSUD Lubuk Basung rusak berat, Puskesmas Lubuk Basung dan Batu Kambing rusak berat. Selain itu, Puskesmas Pasar Ahad rusak ringan, lima Puskesmas Pembantu (Pusdu) di Silayang, Sangkia, Kubu Anau, Anak Aia Dalok, dan Bukik Malintang rusak sedang. "Pusdu Pasar Durian rusak ringan dan dua rumah dinas dokter di Puskesmas Tiku rusak," papar dr Lily.

Di Kabupaten Tanah Datar, lanjut dia, Puskesmas Singgalang dan Pariangan rusak sedang. Di Kab Pesisir Selatan, Puskesmas Lumpo dan Asam Kumbang rusak sedang. Puskesmas Tarusan, Barung Belantai, dan Pasar Baru rusak ringan.

Lebih lanjut dr Lily menjelaskan, untuk membantu korban gempa, sebanyak 3.000 lebih tenaga kesehatan telah dikerahkan ke lokasi termasuk 700 dokter spesialis dan residen. Tenaga kesehatan diambil dari PPK Regional DKI Jakarta, Sumut, Makasar, Sumsel, dan daerah-daerah lain.

Pasien Gempa di RSUD Pariaman Mayoritas Lansia

0 komentar
PARIAMAN, KOMPAS.com - Pasien korban gempa Sumatera Barat (Sumbar) yang saat ini masih dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pariaman mayoritas orang lanjut usia (lansia).

"Sebanyak 80 persen pasien di RSUD Pariaman karena gempa adalah lansia," kata Petugas Bangsal Darurat 1 Khusus Korban Gempa RSUD Pariaman, Yusmarni di Pariaman, Sumatera Barat, Minggu.

Yusmarni menjelaskan, sejak terjadinya gempa berkekuatan 7,6 skala Richter Rabu (30/9) lalu banyak pasien yang dirawat dari Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman.

Pasien yang dirawat sebagian besar merupakan lansia yang terkena reruntuhan puing-puing rumah saat gempa bumi dahsyat melanda Sumatera Barat. "Kebanyakan dari pasien lansia mengeluhkan patah tulang dan luka-luka akibat tertimpa puing-puing rumah saat gempa melanda," katanya.

Ia juga menambahkan, pada saat ini pasien yang masih dirawat di RSUD Pariaman sekitar 43 orang. "Mereka dirawat di bangsal I khusus korban gempa di RSUD Pariaman, sebagian dari pasien gempa dirawat di pelataran bangsal karena ruangan yang ada tidak cukup untuk menampung pasien yang terlalu banyak," katanya.

Pada saat ini hampir seluruh pasien gempa yang dirawat di RSUD Pariaman kondisinya mulai membaik dan tidak ada yang kritis.

Sementara itu, seorang pasien yang dirawat di RSUD, Sarindun (65) warga Desa Lansano, Padang Pariaman mengatakan dirinya dirawat beberapa jam sejak gempa melanda. Dirinya tertimpa puing rumah saat gempa melanda hingga akhirnya mengalami patah tulang dan harus dirawat intensif.

Ia mengaku dirinya tidak bisa segera keluar dari rumah saat gempa mengguncang kawasan itu mengingat usianya yang sudah renta.

Sementara itu, keluarga Sarindun mengharapkan pelayanan di RSUD lebih ditingkatkan lagi karena banyaknya pasien membuat pelayanan medis sedikit lambat.

Sumber : www.kompas.com

Sabtu, 03 Oktober 2009

Di Balik Gempa Bumi Padang

0 komentar
KOMPAS.com — Di sana piring dan gelas, di situ nasi dan lauk. Silakan ambil sendiri,” ucap Tuminah (29) ramah kepada sekelompok orang yang masuk tenda putih alias dapur umum di rumah dinas Gubernur Sumatera Barat.

Sepanjang Jumat (2/10), rumah dinas Gubernur dipenuhi banyak orang. Di tengah minimnya rumah makan yang buka, dapur umum menjadi penyelamat bagi sebagian orang.

Sehari sebelumnya, Kamis (1/10), perkara makan bahkan lebih parah. Para pendatang yang hendak makan malam harus berputar-putar di seantero Kota Padang mencari warung yang buka. Sekelompok wartawan dari Jakarta, misalnya, setelah menyelesaikan pekerjaan mereka mengirimkan berita, pada Kamis menjelang tengah malam berputar-putar ke seluruh penjuru kota untuk mencari warung makan. Setelah dua jam, tidak tampak juga warung yang buka.

Mereka akhirnya menyerah dan bersedia diajak makan di rumah sopir mobil sewaan yang membawa mereka berkeliling sejak siang. Hari Jumat, kondisi serupa masih terjadi. Restoran yang buka di Padang dapat dihitung dengan jari. Satu restoran lumayan besar di Jalan Khatib Sulaiman, misalnya, dipadati pengunjung yang rela antre lama untuk mendapatkan makanan.

Di depan Pasar Ramayana, satu-satunya rumah makan yang buka adalah warung Mie Aceh yang menyediakan mi goreng khas Aceh dan martabak telur. Di depan Kampus Universitas Andalas di kawasan Air Manis, warung pecel lele Jawa Timur juga dipenuhi pengunjung. Pada Jumat siang, lele yang disediakan warung itu ludes.

Azis Chaniago, seorang pemilik rumah makan di Padang, belum membuka warung karena masih berkabung. Dua anggota keluarganya meninggal dunia akibat gempa. Azis baru akan membuka warungnya Senin (5/10) mendatang.

Dapur umum

Minimnya warung makan/restoran yang buka membuat banyak orang menyerbu dapur umum. Menu dapur umum, yakni nasi, mi rebus, dan ikan kaleng adalah penyelamat. Ketiga jenis makanan itu, ditambah air hangat, dikerjakan oleh Tuminah bersama sejumlah rekan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Sumatera Barat.

”Sejak dapur umum berdiri pukul 15.00, hingga malam kami memasak tidak ada hentinya. Selesai masak nasi, masak mi rebus, lalu ikan, dan air. Pokoknya kerja terus,” ucap Tuminah.

Selain Tuminah yang kebagian tugas memasak, ada pula sederet anggota Tagana. Piring-piring kotor segera dicuci agar kembali bersih dan dapat digunakan.

Kerja di dapur umum bukanlah pekerjaan pertama Tuminah pascagempa. Pada Rabu (30/9) malam, rumah kontrakannya yang rusak tidak membuat Tuminah berdiam diri. Dia keluar dan segera bergabung dengan kawan-kawannya untuk menolong korban luka.

Setelah tidur hanya dua jam, pada Kamis pagi buta, Tuminah kembali bekerja. Terlebih lagi setelah tenda dapur umum selesai dibangun pada siang hari dan peralatan memasak tiba.

Untuk kebutuhan massal, panci untuk memasak juga berukuran jumbo, yakni berdiameter 60 sentimeter. Memasak dengan panci sebesar itu dilakukan dengan memakai alat pengaduk yang besar pula. Bisa dibayangkan juga kekuatan yang dibutuhkan untuk mengaduk nasi dari beras seberat 15 kilogram untuk sekali masak.

Tuminah senang dengan tugasnya. Baginya, bisa menolong orang lain merupakan sesuatu yang menyenangkan kendati badan harus berlelah-lelah.

Di balik kemudi alat berat jenis loader Komatsu, Kamis siang, Haji Simas tampak lelah. Namun, ia tak sedikit pun berhasrat pulang ke rumah lebih awal. Telah menjadi tekadnya untuk membantu evakuasi korban di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Prayoga, Padang.

Sehari sebelumnya, Jumat, Haji Simas baru tiba di rumah pukul 23.00 setelah menggerakkan alat berat itu sejak pukul 07.00. Kerja kemanusiaan itu di luar batas pekerjaan normal.

”Saya petugas bongkar muat batu bara. Orang lain membutuhkan bantuan,” kata Haji Simas, operator alat berat milik pengusaha swasta.

Saat kami bercakap-cakap selama 15 menit, Sabtu sekitar pukul 14.00, tiga jenazah dievakuasi dalam kantong warna kuning. Bau anyir tercium kuat, menembus masker yang dikenakan Haji Simas. Dia memejamkan mata, berdoa.

Tak hanya relawan yang mampu mengakselerasikan pembangunan kembali Padang dan Sumatera Barat. Ada manusia-manusia biasa, seperti sopir truk tangki premium, Amri, yang tanpa disadarinya telah berjasa besar. Amri terus mendistribusikan premium ke stasiun pengisian bahan bakar untuk umum agar dapat digunakan banyak orang.

Kediaman Amri, yang tak jauh dari Pelabuhan Teluk Bayur di Indo Villa, Pampangan, Padang, juga rusak. Namun, panggilan pekerjaan melupakan sejenak musibah yang juga dialaminya. ”Saya ikut senang jika antrean sepeda motor dan orang tak lagi menumpuk di pom bensin. Waktu mereka tak cuma habis buat antre,” katanya. (ART/RYO/sah)

Sumber: www.kompas.com

Jumat, 02 Oktober 2009

Belasungkawa Obama bagi Korban Gempa Sumatera

0 komentar


WASHINGTON, KOMPAS.com — Presiden AS Barack Obama menyampaikan belasungkawa dan keprihatinannya atas musibah gempa bumi dahsyat yang mengguncang Sumatera.

"Saya sanggat tergugah dengan penderitaan dan korban jiwa dalam gempa bumi di Indonesia kemarin dan AS siap membantu," kata Obama seraya memuji ketabahan Indonesia meski sering dilanda bencana alam.


Presiden kulit hitam pertama AS itu juga mengungkapkan keprihatinannya atas musibah tsunami yang menerjang wilayah Pasifik Selatan.

Sedikitnya 1.100 orang tewas dan ratusan lain terluka parah akibat gempa dahsyat di Sumatera dan diperkirakan korban tewas akan terus bertambah.

Rustam Pakaya, kepala Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan, Kamis, mengatakan, ribuan orang kemungkinan besar masih terjebak di reruntuhan gedung dan rumah. Diperkirakan korban tewas akibat gempa di Sumatera sebesar korban tewas dalam musibah gempa Yogyakarta tahun 2006 lalu yang menewaskan sekitar 5.000 orang.

Sumber: www.kompas.com

Kembali ke Ranah Minang Demi Keluarga

0 komentar
PADANG, KOMPAS.com - Gempa bumi berkekuatan 7,6 skala Richter di Sumatera Barat, Rabu (30/9), tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi warga lokal, tapi juga sanak keluarga mereka yang tinggal di berbagai pelosok di Indonesia.

Terlebih, jaringan telepon di Padang dan sekitarnya turut porak-poranda, sehingga menyulitkan komunikasi. Maka, tidak ada pilihan lain kecuali pulang ke kampung halaman mereka.

Para korban gempa yang selamat tentu membutuhkan penguatan dari anggota keluarga mereka. Mohammad Suryo (40) adalah salah satunya.

Gempa yang merobohkan ratusan bangunan di Sumbar itu memaksanya kembali ke Pariaman, Sumatera Barat. Padahal demi alasan menabung, Suryo, yang telah merantau ke Jakarta selama 20 tahun itu bahkan memutuskan tidak mudik ke Ranah Minang pada Idul Fitri 2009.

"Tapi, yang ini beda. Orangtua saya turut menjadi korban gempa," ujar Suryo kepada Kompas.com, Jumat (2/10), di Bandar Udara Minangkabau, Padang.

Suryo awalnya tidak dapat menghubungi kedua orangtuanya pada Rabu (30/9). Padahal, pria yang sehari-hari berdagang di kawasan Cinere ini telah mencoba menelepon ibunya puluhan kali sambil menonton tayangan televisi.

"Saya sangat panik waktu itu," kenangnya.

Akhirnya, pada Kamis (1/10) siang, Suryo berhasil menghubungi kedua orangtuanya.

"Alhamdulillah, orangtua saya luka-luka ringan. Ketika gempa terjadi, orangtua saya sedang menghadiri acara di luar sehingga tidak tertimpa bangunan," katanya.

Nasib rumah orangtua Suryo tidak sebagus nasib orangtuanya. Rumah yang ditinggali sejak kanak-kanak itu rusak cukup parah. Sebagian atap rumahnya rusak parah. Begitu juga dengan perkakas dan lantai rumahnya.

Nasib serupa dialami William (26). Demi mengetahui kondisi orangtuanya yang tinggal di Ula Karang, Padang, pria yang bekerja di Ibu Kota ini mengambil cuti dan pulang ke Padang.

Akibat gempa, orangtuanya mengalami luka-luka ringan. Namun, William tetap ingin melihat kondisi orangtuanya secara langsung.

"Orangtua saya tinggal sendiri. Dua kakak saya berada di luar (negeri)," ujarnya.

William mengatakan, dirinya belum memutuskan kapan akan kembali bekerja di Jakarta. "Tergantung situasi dan keadaan orangtua," ujarnya singkat.

Sumber: www.kompas.com

Sedikitnya 1.100 Orang Tewas akibat Gempa

0 komentar
PADANG, KOMPAS.com — Sedikitnya 1.100 orang tewas dan ratusan lain terluka parah akibat gempa dahsyat di Sumatera dan diperkirakan korban tewas akan terus bertambah.

Data korban terbaru ini diungkapkan Kepala Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) John Holmes kepada wartawan dan dilansir Associated Press. "Jumlah ini saya takutkan akan bertambah. Ribuan orang masih terjebak di reruntuhan rumah dan banyak gedung," kata Holmes.

Fasilitas telekomunikasi sulit menjangkau wilayah gempa dan jalan-jalan rusak sehingga tim evakuasi kesulitan untuk menyampaikan data korban gempa. Hujan lebat yang mengguyur kota Padang dan sekitarnya juga menyulitkan tim evakuasi bergerak.

Rustam Pakaya, kepala Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan, Kamis, juga mengatakan, ribuan orang kemungkinan besar masih terjebak di reruntuhan gedung dan rumah. Diperkirakan korban tewas akibat gempa di Sumatera sebesar korban tewas dalam musibah gempa Yogyakarta tahun 2006 lalu yang menewaskan sekitar 5.000 orang.

Sumber: www.kompas.com

Rabu, 30 September 2009

Jumlah Korban Tewas di RS Bisa Bertambah

0 komentar
JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah korban tewas yang terdata di rumah-rumah sakit (RS) di Kota Padang, kemungkinan besar bakal bertambah hari ini, Kamis (1/10). Dihubungi sekitar pukul 07.00 WIB melalui telepon genggamnya Kepala Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan Lily Sulistyowati mengatakan,"Sampai sekarang angkanya masih sekitar 75 orang."


Lebih lanjut Lily mengatakan, kendala penghitungan jumlah korban tewas di beberapa RS muncul karena listrik padam. Selain itu, jalur komunikasi pun terputus.

Terhitung hingga pukul 22.00 WIB, abu (30/9) menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sudah 75 korban tewas. Lalu, pada Kamis (1/10) dini hari, BNPB kembali mencatat setidaknya ada 200 orang korban tewas dan 500 bangunan hancur.

Sumber: www.kompas.com